Saya dan suami menikah 08 Februari 2004. Kami sama-sama bekerja di
perusahaan yang berbeda sehingga masing-masing memiliki penghasilan
sendiri.
Pada awal pernikahan kami masih tinggal di rumah
kontrakan. Kami sudah beberapa kali survei mencari rumah untuk dibeli
secara kredit, tapi beberapa kali pula tidak cocok. Cocok harga tapi
tidak cocok lokasi atau bangunan, cocok lokasi dan bangunan tapi tidak
cocok harga atau saya sudah cocok tapi suami tidak mau dan begitu pula
sebaliknya. Pernah pula mencoba membangun sendiri kecil-kecilan di tanah
kami, tapi lalu ribut soal denah. Capek deh... Jadilah rumah itu gak
jadi-jadi, hehe... Selain dipusingkan soal rumah, kami juga dibuat
pusing dengan belum hadirnya si buah hati. Sampai pernikahan 1,5 tahun
belum juga ada tanda-tanda kehamilan saya.
Sekitar Agustus 2005
suami saya merenovasi rumah orangtuanya dari pondasi sampai atap
menjadi rumah permanen yang layak huni. Beberapa bulan kemudian saya
juga mengirimkan sejumlah uang kepada orang tua untuk merenovasi rumah
orang tua saya. Total biaya renovasi kedua rumah sekitar 100 jutaan,
padahal waktu itu kami masih jadi kontraktor rumah alias tinggal di
rumah kontrakan, hehe...
Keikhlasan saya beberapa kali
"tergoda" bila melihat teman-teman seangkatan yang sudah memiliki rumah
sendiri walaupun kredit. Apalagi bila ada yang nanya "tinggal dimana?"
"Masih ngontrak?" Duuuhhh,... Seandainya uang itu tidak untuk
renovasi... Astaghfirullah... Kenapa saya jadi kurang ikhlas gini?
Hanya berselang beberapa minggu setelah rumah mertua selesai direnovasi
dan uang saya transfer ke orang tua, subhanallah... saya hamil... Tak
terkira bahagianya saya dan suami setelah 20 bulan penantian... Saya
cipika cipiki suami masing-masing 10x saking senangnya, hehe...
Anak kami akhirnya lahir 11 September 2006, perempuan...cantik kayak ibunya, hehe.. Waktu itu kami masih juga kontraktor rumah.
Pada awal tahun 2007 ada iklan penjualan rumah. Lalu kami melihat rumah
itu. Kali ini saya dan suami sama-sama cocok dengan lokasi, bangunan,
dan denahnya..Rumah itu tampak masih baru dibangun. Lalu kami ketemu
pemilik rumah. Dari pembicaraan pemilik rumah dan tetangga sekitarnya,
rumah itu baru dihuni 1,5 tahun setelah dibangun. Pemiliknya terpaksa
menjual karena kepepet uang. Setelah nego akhirnya disepakati harga 190
juta melalui KPR. Jadilah kami menempati rumah sendiri walaupun kredit
sebagian tanpa menjual tanah kami.
Beberapa teman yang
berkunjung ke rumah kami sempat menanyakan harga rumah itu. Saya mulanya
enggan menjawab pasti dan saya katakan kalau dibeli murah karena
orangnya kepepet kebutuhan uang. Lalu teman-teman saya menebak-nebak,
dilihat dari luas bangunan, kualitas bangunan dan luas tanah harganya
300juta! Dan itu bukan satu dua orang saja yang mengatakannya..
Subhanallah... uang kami yang 100juta dulu sudah kembali...
Pada tahun 2007 juga kami alhamdulillah bisa memiliki mobil baru... Alhamdulillah...
Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah terus saja kami rasakan. Pada
awal tahun 2009, kami mendapat fasilitas rumah bersubsidi dari
perusahaan tempat suami bekerja. Tanpa DP dan cicilannya sangat ringan
jika dibandingkan dengan kredit sendiri melalui bank. Nilai jual rumah
itu bisa mencapai 250 juta! Rumah itu kami sewakan sekaligus 2 tahun
dengan nilai sewa yang cukup untuk mencicil selama 2 tahun!!!
Setelah memiliki 2 buah rumah dan mobil, pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010 kami membeli beberapa
hektar kebun kelapa sawit. Bila dihitung-hitung, total aset mencapai sekitar 1 milyar...
Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah... Walaupun sebagian aset kami
beli dengan kredit, tapi selalu dimudahkan untuk membayar cicilannya...
Tidak hanya itu, kini kami sudah memiliki 3 buah hati putra putri yang
kami dambakan.
Kesimpulannya.... SEDEKAHLAH, MAKA REJEKIMU AKAN BERTAMBAH... Wallahu A'lam
sumber : http://yusufmansyur.blogspot.com/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar